Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Jumat, 04 Juli 2014
Disclaimer : Kamichama Karin belong to
Koge Donbo-sensei
Apprendre ensemble belong to Members of
Slevineptune's Dormitory
Rate: K+
Genre: Friendship and Family
Warning: AU! Gaje, Abal, Typo (maybe?)
.
.
.
Special fict for Education's day
.
.
.
Enjoy~
.
.
.
Cahaya mentari sudah mulai
terik, pertanda hari sudah semakin siang. Siang yang begitu cerah di Sakura
Gaoka Senior High School. Sekelompok siswa yang bernotabene sebagai senior di
Sakura Gaoka masih duduk melingkar seraya membaca masing-masing buku pelajaran
yang berbeda di setiap siswa. Mereka membaca setiap kata yang tertera di buku
itu dengan lesu. Alasannya? Mereka bosan, tak mengerti, dan lain sebagainya. Mereka
semua terdiri dari Kujyou Kazune, Hanazono Karin, Kujyou Kazusa, Kujyou Himeka,
Kuga Jin, Nishikiori Michiru, Yii Miyon, Karasuma Rika, Sakurai Yuuki, serta Tsutsumi
Shingen. Mereka bersepuluh berkumpul untuk belajar bersama.
"Huaaah! Aku menyerah!"
Seru Karin yang langsung menjatuhkan buku bahasa Jepang yang sedari tadi
dibacanya. Semua teman-temannya yang berada di perpustakaan sontak melirik ke
arah Karin.
"Ck, dasar bodoh,"
celetuk Kazune tanpa mengalihkan pandangannya dari buku Matematika tebal yang
sedari tadi dibacanya.
"Karin-chan, sebentar
lagi kita akan dites untuk memasuki perguruan tinggi. Kita harus berjuang. Ayo semangat
Karin-chan!" Seru Himeka yang melepaskan perhatiannya dari buku biologi
untuk menyemangati Karin.
"Karin-chan, itu salahmu
yang memilih mempelajari buku bahasa Jepang," tambah Miyon yang masih
sibuk dengan buku sastranya.
"Lupakan saja!" Celetuk
Kazune lagi. Karin yang duduk di dekat Kazune lantas menjitak kepala Kazune
sampai sebuah benjolan terpatri jelas diantara surai blonde-nya sehingga
kacamata baca yang dipakai Kazune hampir lepas dan jatuh.
"Baka Kori Ouji!"
Ejek Karin sambil menjulurkan lidah.
JIIT!
Empat buah sudut siku-siku
muncul di kepala Kazune. Kazune yang tidak terima dengan ejekan Karin pun
langsung membalas Karin.
"Gadis TK!"
"Cowok cantik!"
"Cewek kasar!"
"Monster dingin!"
"Cengeng!"
"Muka datar!"
"Ceroboh!"
"Insectophobia!"
"Chichinasi!"
BRAK!
Kazusa yang sedari diam
akhirnya kehabisan kesabaran dan menggebrak meja. Dia memberi tatapan maut
kepada Kazune dan Karin.
"Kalian berdua! Harap
diam di perpustakaan!" Seru Kazusa emosi. Mukanya memerah karena menahan
amarah. Perhatiannya terhadap buku fisika yang sedari tadi asik dibacanya
akhirnya teralihkan kepada dua makhluk berbeda gender itu.
Jin yang sudah tidak fokus
lagi terhadap buku Penjaskes mulai membuka suara. "Dengarkan aku! Kita
berada di sini untuk belajar bersama, belajar kelompok untuk tes ujian masuk perguruan
tinggi yang tak lama lagi akan diselenggarakan. Bagaimana mau lulus kalau
kalian berdua seperti itu?" Ujar Jin yang mulai sewot dengan tingkah laku
kedua sahabatnya dan ucapannya itu berakhir dengan pertanyaan yang sedikit
menyindir mungkin, eh?
"Jin-kun benar. Seharusnya
kita saling membantu dalam menyelesaikan suatu persoalan, bukannya malah
membuat masalah," ujar Michi membenarkan Jin. Buku bahasa inggrisnya
sekarang sudah terbengkalai karena berusaha melerai pertempuran kedua
sahabatnya.
"Berisik!" Umpat
Rika menggerutu yang masih asik membaca buku sejarah. Dia mengabaikan keadaan
sekitarnya. Maklum, sedang fokus belajar. Tentu dengan tujuan, demi menggapai
impiannya kelak nanti dan menjadi sosok yang berhasil.
"Minna!" Bentak
Kirio-sensei, guru penjaga perpustakaan yang sedari tadi mendengar keributan.
Sontak saja mereka semua langsung diam seketika.
"Ini semua tak akan
terjadi kalau kalian berdua saling mengerti!" Ungkap Yuuki yang masih
sibuk menghafalkan beberapa not lagi di dalam buku keseniannya.
"Omong kosong,"
timpal Shingen seraya meletakkan buku TIK-nya. Kini Shingen menjadi pusat
perhatian teman-temannya akibat perkataan singkat nan ketusnya barusan.
"Jelaskan!" ujar
Rika datar namun dingin.
"Minna, aku bingung
dengan kalian." Michi mengangkat tangannya.
"Apa?" tanya Kazusa
singkat dan dingin.
"Oh iya, kenapa kita
semua mempelajari buku yang berbeda?" Tanya Karin yang baru menyadari
keanehan dari buku mereka, sekaligus juga membuka topik pembicaraan yang baru
agar semua orang tak jadi ribut hanya karena hal yang terbilang sangat sepele.
Shingen tiba-tiba
menjentikkan jarinya, membuat perhatian kesembilan orang itu terfokus padanya. "Yap!
Itu dia! Itu yang menjadi pertanyaannya! Kenapa salah satu dari kita tak ada
yang mempelajari buku yang sama? Jawabannya karena kita punya cita-cita yang
berbeda. Kenapa? Karena kita punya tujuan yang berbeda!" Jelas Shingen.
Yang lain hanya bisa diam seraya berusaha mencerna perkataan Shingen.
"Aah! Aku mengerti,"
seru Miyon setengah berteriak. "Aku mempelajari buku sastra karena aku
ingin menjadi penulis, berarti di sini hanya aku yang ingin menjadi penulis,"
tambahnya dengan seulas senyuman senang yang membingkai diwajahnya.
"Kau benar Miyon,"
ujar Yuuki mengacak pelan surai tosca Miyon. Si empunya hanya bisa menunduk,
berusaha menyembunyikan rona merah yang mulai menjalari pipinya. Ah, tsundere-nya
mulai kambuh, eh?
"Karin-chan, kenapa
mempelajari buku bahasa Jepang?" Kini ini Himeka yang ambil bicara, tentu
ia bertanya dengan intonasi lembut, khas dirinya.
Karin yang kaget atas
pertanyaan Himeka sontak menunduk. "Aku..... ingin menjadi guru,"
ucapnya pelan.
Rika yang berada di samping
Karin langsung melengos. "Lalu apa usahamu untuk menggapai cita-citamu
jika kamu malas belajar bahasa Jepang?" Sergahnya ketus dengan nada dingin.
Mengingat kebiasaan buruk Karin yang memang suka malas-malasan, apa lagi di hari
Minggu. Dan untung saja ada Kazune yang selalu berusaha untuk mendisiplinkan
dirinya.
Untuk sesaat, gadis
bersuraikan brunette itu terdiam mendengar pertanyaan Rika. "Aku baru
hapal 4 bab dari 5 bab yang harus kupelajari," tutur Karin lirih. Sembilan
dari sepuluh orang diantara mereka langsung melotot kearah Karin.
"Apa?!" Seru Kazusa.
"Hebat Hanazono-san!"
Ujar Michi takjub.
"Keren~" ujar Miyon
dengan nada memuji.
"Kemajuan pesat,"
komentar Kazune sontak membuat Karin kembali kesal.
'Jadi selama ini aku begitu bodoh
dimatanya eh?' inner Karin sebal.
"Aku bahkan baru hapal 3
bab dari 5 bab," lirih Jin menatap nanar buku Penjaskes miliknya.
"Aku hapal 2 bab dari 5
bab," ucap Himeka polos.
"Aku hapal semua!" Seru
Rika tak mau kalah. Yah, gadis itu memang memiliki ingatan yang bagus karena
sudah diasuh dengan cara sangat disiplin sejak kecilnya.
"Sama!" Shingen
menimpali.
"Jangan tanya aku,"
ujar Kazune.
"Semua orang pasti
memiliki kemampuan mengingat yang berbeda-beda," terang Kazusa yang sedari
tadi terdiam. "Misalnya saja Kazu-nii dan Karin-sama."
Dua orang yang disebut itu—Karin dan Kazune—protes. "Hei! Kenapa kami?!" Tanya
mereka sama serta serempak.
"Teriaknya
saja serempak," bisik Yuuki pelan namun masih bisa didengar dua orang yang
dimaksud, membuat dua insan berbeda jenis kelamin itu menatap Yuuki dengan
tatapan maut.
Sementara
yang ditatap hanya memberikan sebuah cengiran lebar.
"Yap!
Kazune-chan memiliki kemampuan yang tinggi di semua bidang pelajaran, sedangkan
Karin-chan lemah di bahasa Jepang, makanya Karin-chan mempelajari bahasa Jepang
untuk meningkatkan kemampuannya," kata Himeka menjelaskan mengenai
perbedaan dua insan itu.
"Yaaa,
aku memang lemah dalam bahasa Jepang," ujar Karin menggunakan majas
litotes.
"Ngomong-ngomong, besok
Hari Pendidikan Nasional bukan?" tanya Miyon.
"Bukan," jawab Jin,
membuat kesembilan temannya itu menatap Jin heran. "Tapi Education Day!"
"ΒΑΚΑ!" seru kesembilan
temannya.
Buk!
Slap!
Bruk!
Jduag!
Plak!
Ah Jin. Sepertinya pemuda
bersuraikan hitam itu harus memanggil dokter ataupun ambulan agar dapat merawat
tubuhnya yang babak belur setelah adegan ini.
.
Setelah kejadian
menggemparkan tadi, kini Karin masih bisa melihat kesembilan temannya yang
kembali asyik belajar. Ya, ujian untuk masuk perguruan tinggi tak lama lagi.
"Hai Karin-chan,"
panggil Himeka sambil melambai-lambaikan tangannya. "Ayo kita baca buku
lagi, sebentar lagi bel pulang akan berbu—"
Ting Tong,
Ting Tong, saatnya jam pulang. Teng Tong, Teng Tong, saatnya jam pulang.
"—nyi. Ya, sekarang belnya telah berbunyi,"
sambung Himeka.
"Minna,
bagaimana kalau kita belajar bersama di salah satu rumah diantara kita?" Saran
Kazusa.
"Emm,
maunya dirumah siapa?" Tanya Jin.
"Bagaimana
kalau di rumah Shingen?" Saran Yuuki.
"Jangan!
Hari ini di rumahku ada acara keluarga!" Seru Shingen.
"Ya
sudah, jadi mau di rumah siapa?" Tanya Himeka.
"Di
rumah Karin-sama saja, bagaimana?
Hari ini rumah kami akan ada karyawan dari kantor ayah kami yang datang untuk
rapat," jawab Kazusa.
"Bagaimana
Karin?" Tanya Yuuki.
"Um!"
Seru Karin mengangguk.
"Baiklah,
kita kerja kelompok di rumah Karin-chan ya!" Seru Miyon.
"Baik!"
.
Kazune, Karin, Kazusa, Jin,
Michiru, Himeka, Yuuki, Miyon, Rika begitupula Shingen sudah berkumpul dirumah
Karin, sesuai yang mereka tentukan tadi. Mereka membuat posisi melingkar agar
dapat melihat satu sama lain. Senyuman cerah dan bahagia terpasang diwajah
masing-masing. Satu sama lain saling mendiskusikan jawaban dari sebuah
pertanyaan yang dilontarkan salah satu diantara mereka apabila merasa
kesusahan.
BRAK!
Tapi satu debaman keras yang
Karin hasilkan membuat semua perhatian sosok-sosok yang awalnya terfokus pada buku,
terpindah pada gadis bersuraikan brunette itu. Wajahnya yang frustasi,
rambutnya acak-acakan, dan lembaran buku yang sudah mengusut membuat semua
bertanya-tanya mengenai keadaan Karin, dalam hati mereka.
Rika langsung menepuk pundak
Karin, manik hitam kelam miliknya menatap tajam manik emerald milik Karin. "Ada
apa sih denganmu ini? Bukankah semua soal sudah berhasil kau takluk 'kan? Apa
yang membuatmu pusing?" Tanyanya ketus dengan aura mengintimidasi yang
keluar dari tubuhnya. Dan itu mampu membuat semua orang merinding, tak terkecuali
Kazune.
"A-aku gugup," jawab
Karin singkat dengan intonasi lesu. Ia menghirup oksigen dengan rakus dan
menghembuskannya berat, frustasi.
Kazune yang memang tertarik
dengan sikap aneh Karin, ambil bicara. "Gugup? Mengenai persiapan diri
menghadapi tes tertulis masuk perguruan tinggi eh?" Celetuknya dengan nada
mengejek yang sangat membuat Karin jengkel saat sederet kalimat tadi masuk
kedalam indera pendengarannya.
"APA MAKSUDMU?" Dihembuskan
nafas berat, tanda Kazune memang benar-benar lelah dengan sifat emosional nan
childish yang dimiliki Karin.
"Aku ada tips bagaimana
membuat kalian tak merasa gugup!" Kata Kazune kemudian. Dan kesembilan
kata yang diucapkannya itu sukses membuat semua sosok menyunggingkan seulas
senyum, sumringah.
"Dengarkan baik-baik,
ehm!" Perintah Kazune sambil berdeham singkat.
"Langkah pertama, kalian
harus mengikuti program super intensif yang tersedia di bimbingan belajar.
Banyak sekali bimbingan belajar yang menyediakan fasilitas super intensif SNMPTN.
Kalian bisa memanfaatkan program ini agar tata belajar lebih ter-manage dengan
baik dan efektif," manik berwarna biru safir miliknya mengabsen satu
persatu sosok yang ada diruang tamu rumah Karin.
"Sudah dilakukan?" Sontak
semua sosok langsung meneriakkan kata, 'Ya!'
"Kita lanjut, langkah
kedua, latihan soal-soal SNMPTN sesering mungkin.. Nishikiori!"
DEG!
Langsung saja orang yang
namanya dipanggil membeku ditempat.
"Ya?" disahutnya
Kazune dengan satu kata, sebelum kembali terdiam, menunggu kalimat selanjutnya
yang akan Kazune ucapkan.
"Kau boleh membeli
banyak buku. Tapi, jangan biarkan buku itu terbengkalai dibawah kasur tidurmu!
Pelajari dengan baik. Dan sebisa mungkin, 'pahami' semua soal yang ada." Michiru
mengangguk mengerti, sebuah background dengan kobaran api menghiasi
belakangnya.
"Baiklah! Aku akan
memahaminya serta mempelajarinya!" Teriaknya keras dengan semangat yang
menggebu-gebu. Tapi di detik selanjutnya, setetes keringat muncul di dahi Michi.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku menyembunyikan semua buku milikku
dibawah kasur?" Tanyanya heran, seingatnya Kazune bukanlah tipe orang yang
suka menguntit seperti Kirio, penjaga perpustakaan di sekolah mereka.
"Siapa suruh kamarmu
berantakan terus! Dan itu membuat Himeka selalu membersihkannya!" Seru
Kazune galak sambil melotot ke arah Michiru. Sedangkan pemuda bersuraikan
coklat caramel itu hanya menciut.
"Maaf."
"Selanjutnya, langkah
ketiga..." Kali ini pandangan Kazune mengarah ke Karin, tak lupa dengan
aura gelap yang mengelilingi belakangnya. "Jangan tunda-tunda untuk
melengkapi pelajaran yang belum dikuasai!"
GLEK!
Karin yang melihatnya pun
hanya bisa menelan ludah dengan susah payah dan ketakutan. Rasanya ia pun ikut
menciut bersama Michiru. "Maaf," sahutnya pelan.
"Bagus. Langkah keempat,"
entah karena apa, tiba-tiba Kazune tersenyum bangga pada dirinya sendiri,
membuat semua orang-orang yang ada di ruangan itu memandangnya aneh, "yaitu
jangan pelit mengajarkan ilmu yang kita bisa kepada teman."
Hening.
Hening.
Hening.
Setelah kesembilan temannya
terdiam sambil berusaha memahami perkataan Kazune. Setelah teman-temannya
mengangguk karena berhasil mencerna perkataannya, entah kenapa mereka
memikirkan hal yang sama.
"Ternyata dia membicarakan dirinya
sendiri," batin mereka sama seraya menatap pria blonde itu dengan
tatapan seakan mengatakan 'Kau narsis!' Sedangkan sang pria
yang ditatap hanya bisa berdehem sejenak sebelum melanjutkan untuk menjelaskan
langkah berikutnya. "Ehem!"
Kali ini Kazune berdiri dari
lantai dimana ia duduk, kedua tangannya ia silangkan didada, sementara manik
biru safir miliknya tanpa henti mengabsen ekspresi teman-temannya yang seakan
mengatakan 'aku-takut-menjadi-sasaran-selanjutnya.'
"Langkah kelima....."
Berpasang-pasang mata dengan manik yang berbeda menatap postur tubuh pemuda
bersurai pirang itu, menunggunya agar melanjutkan kalimat. "Cobalah untuk
mengerjakan soal Try Out yang gagal!"
Shingen bergidik ngeri saat
Kazune melotot dengan tajam ke arahnya. "Dan itu berlaku untukmu Tsutsumi,
perbaikin semua soal Try Out-mu yang gagal!!!" perintah Kazune dengan nada
mengancam yang sangat kentara, aura mengintimidasi menguar dari tubuhnya,
seakan apabila Shingen tak menuruti, aura tersebut dapat membunuh secepat kilat.
"Ba-baiklah," kata
Shingen gugup menanggapi, sementara itu sebuah pertanyaan tiba-tiba melintas
diotaknya. "Namun bagaimana kau bisa tau mengenai hal itu?" Ah,
pertanyaan yang sama dengan Michiru tadi.
Lagi-lagi senyuman yang lebih
mirip seringai dan mengerikan menghiasi wajah tampan nan cantik milik Kazune. "Makanya...
jangan buang hasil ulangan sembarang," katanya dengan nada dingin disertai
background gelap yang suram.
Miyon meneguk ludah kasar, ia
mengangkat tangan kanannya. "Bagaimana kalau kita ke topik pembicaraan
selanjutnya?" Tanyanya menawarkan, tak ingin perdebatan karena hal sepele
ini akan berlangsung lama, dan itu cukup membuat Kazune mengalihkan
pandangannya untuk menatap gadis bersurai hijau tosca itu.
Surai blonde milik Kazune
tergerak tatkala si pemilik menganggukkan kepala. "Baiklah. Langkah keenam...."
Ia menghela nafas untuk sejenak, lumayan lelah menjelaskan mengenai tips-tips
agar siap untuk menghadapi SNMPTN.
"Jangan biasakan untuk
membatasi berapa soal yang cukup dikerjakan! Dan itu berlaku untukmu
Miyon!" Miyon dengan senyuman cerianya pun menyahut, seakan tak mengerti
keadaan yang terjadi saat ini.
"Baiklah! Aku tak akan
pilih-pilih soal dan belajar dengan giat!" teriaknya riang seperti seorang
anak kecil yang baru saja dibelikan mainan baru oleh orangtuanya.
Rika menggeram kesal. "Apa
yang kau bicarakan?!" tanya Rika tajam. Seketika aura bahagia yang tadi
mengumbar dari tubuh Miyon langsung hilang seketika dan digantikan oleh aura
mengerikan dari Rika.
"A-aku tidak tahu,"
cicit Miyon ketakutan. Rika menghela nafasnya.
"Lanjutkan!" seru
Yuuki. Yang lain hanya mengangguk mengiyakan.
"Langkah ketujuh, jangan
membuat contekan di lengan baju."
JLEB!
Kini wajah Jin langsung pucat
pasi. Innernya menjerit-jerit tak karuan saat dia tau kalau kali ini dia adalah
sasaran Kazune.
"Kuga........!!!"
Seru Kazune. Jin bergidik ngeri melihat Kazune yang kini memberikan deathglare
andalannya.
"Aah, itu-"
Belum selesai Jin bicara,
Kazune langsung memotongnya. "Aku melihatmu menulis sesuatu di lengan
bajumu saat kamu berada di toilet sebelum ulangan dimulai," ujar Kazune
tajam. Jin membeku di tempat, sedangkan yang lainnya hanya bisa bengong
mendengar fakta tentang Jin yang baru saja dikatakan Kazune.
"Janji tidak akan
mengulanginya," ucap Jin takut-takut.
"Bagus. Oke, kita ke
langkah selanjutnya." Kazune menutup matanya sejenak, berusaha menenangkan
dirinya.
"Langkah kedelapan...."
Kazune membuka matanya cepat, hal itu membuat teman-temannya menjadi semakin
was-was.
"Jangan bersenandung
saat melaksanakan ulangan ataupun ujian, karena hal itu bisa mengganggu
konsentrasi diri sendiri maupun orang lain."
JDUAAAR!
Yuuki langsung berkeringat
dingin saat Kazune memandangnya dengan aura yang sangat mengerikan. "A-aku
mengerti," cicit Yuuki yang nyalinya kini telah menciut.
"Langkah selanjutnya,
langkah kesembilan..." Kini Kazune menatap Rika dengan tajam, sangat
tajam.
"Jangan berdandan saat
mengerjakan soal, kau mengerti Rika?" ujar Kazune yang langsung diakhiri
dengan pertanyaan.
Rika menyeringai lebar sesaat.
"Kalau aku tidak berdandan, nanti aku tidak cantik lagi. Kirika-nee mengajarkanku
untuk menjadi seorang ojou-sama yang cantik bak Dewi Aphrodite dan jenius,"
seru Rika bangga dengan seulas senyuman manis yang membingkai wajahnya.
JIIT!
Semua orang yang mendengar
perkataan Rika langsung memunculkan 4 siku-siku di kening mereka masing-masing.
Bletak!
Sebuah jitakan Karin
hadiahkan kepada Rika. Rika mendengus pelan seraya mengelus-elus sebuah
benjolan besar hasil jurus maut Karin yang 'oh-so-sweet' itu.
"Itu memang benar.
Lagipula aku kan hanya ingin bercanda untuk menghilangkan suasana mencekam ini,"
cibir Rika.
"ITU TIDAK LUCU!" Bentak
mereka semua kepada Rika, membuat gadis berkuncir twintail itu menciut
seketika.
"Lanjut ya. Langkah
kesepuluh, biasakan diri untuk membaca doa sebelum mengerjakan soal seperti
Himeka." ujar Kazune. Semua langsung bengong mendadak, kecuali Kazune dan
Himeka yang tersenyum polos.
'Mentang-mentang Himeka adalah
sepupunya, dia membedakannya,' batin semua orang kecuali Kazune, dan
Himeka kompak.
"Langkah kesebelas,
jangan meraut pensil terus menerus, nanti lembar jawaban bisa kotor." seru
Kazune datar seraya menatap Kazusa yang kini ketakutan.
"Ka- Kazune-nii tau
darimana? Ki- Kita kan beda kelas?" Kini Kazusa hanya bisa meneguk ludah
susah payah.
"Kau lupa aku ketua
OSIS? Aku sering ditugaskan untuk mendata
nilai ulangan siswa lain, paham?" Jelas Kazune. Kazusa pun menciut, sama
halnya seperti Michi, Karin, Shigen, Miyon, Jin, serta Rika sebelumnya.
"A-aku mengerti,"
ucap Kazusa tergagap-gagap.
"Langkah kedua belas......."
Ujar Kazune. Seketika suasana menjadi hening untuk beberapa saat. "Periksa
semua kelengkapan soal serta lembar jawaban sebelum mulai menjawab soal,"
jelas Kazune. Mereka semua langsung mengangguk mengerti.
"Itu adalah hal yang paling merepotkan..." Karin berbisik sambil menghela napas panjang.
"KARIN!"
"M-Maaf…" Karin kembali menciut untuk yang kedua kalinya.
"Cukup
segitu saja tipsnya."
"Sekarang, lebih baik kita belajar lagi saja," usul Himeka. Mereka semua
mengangguk sambil membuka lembaran buku dan latihan soal, kecuali Kazune yang
memberikan tatapan yang menurut teman-temannya sangat menyebalkan, mungkin?
Pemuda dengan surai blonde
itu menyeringai sesaat. Ia kembali keposisinya untuk duduk bersama yang lain.
Dibukanya sebuah buku yang memiliki lembaran tebal. Tangannya tergerak untuk
mengambil sesuatu.
Ah, sepertinya lembaran soal.
Semua yang ada disitu langsung
menatap horror Kazune, walau begitu, mau tak mau mereka harus tersenyum kala
melihat pemuda itu membagikan soal.
"Kazu-"
Karin yang awalnya ingin
protes langsung dibungkam Kazusa. Sementara Rika yang berada diseberang mereka
berdua langsung mengisyaratkan untuk tutup mulut dengan cara menempelkan jari
telunjuk kanannya ke bibir.
Semua lembar soal sudah ada
didepan masing-masing sosok. "Ada yang ingin protes?" Tanya Kazune sambil menaruh kedua tangannya didada. Kembali
ia duduk ketempatnya dengan senyuman 'manis' yang sangat ingin membuat
kesembilan orang diruangan itu untuk menghajarnya. Tapi, jaga nasib, agar tak
tersiksa kelak nantinya.
"Tidak, Kazune / Kazune-kun
/ Kazune-chan / Kazune-nii / Kujyou-kun / Kujyou," kata kesembilan orang
dengan surai berbeda itu serempak dengan nada yang dibuat-buat mungkin agar
terlihat bersemangat. Ah, mereka benar-benar tak ingin didisplinkan Kazune. Atau jatah liburan musim panas mereka akan
hangus
.
.
Senyum puas membingkai jelas
diwajah Kazune, dirinya kini tengah memeriksa semua lembar jawaban SNMPTN dari
temannya. Nilai mereka sangat memuaskan untuk dilihat. Bahkan tak ada goresan
warna merah yang terletak disalah satu lembar jawabannya.
"Huah.. Nilaiku memuaskan..
Aku LULUS! Yeah! Terimakasih, dewiku!" seru seorang pemuda dengan surai
hitam dan mata onyx, ia tersenyum girang lalu berlari dramatis kearah gadis
bersuraikan brunette, berniat memeluknya. Tapi saat jarak mereka hampir terpaut
beberapa centimeter, tiba-tiba saja Karin ditarik seseorang, membuat Jin,
pemuda itu, salah terjang orang.
Dan yang dipeluknya adalah:
Kujyou Kazusa.
Kakak dari gadis itu berdeham
sejenak. "Ehem!" Tapi tangannya tak tinggal diam. Dilayangkannya
kepalan tinju yang sudah disiapkannya ke wajah Jin, membuat pemuda bersurai
hitam itu terbang entah kemana dan semua orang yang melihatnya hanya bisa berseru-ria.
Haish, malangnya nasipmu Jin Kuga.
'Mengerikan!' yah, entah
bagaimana... Sepertinya Karin, Rika, Shingen, Yuuki, Miyon, dan Michiru
memikirkan pendapat yang sama mengenai kelakuan tak berperikemanusiaan Kazune tadi.
"Kazune-kun, terimakasih
untuk tipsnya." Karin ambil bicara, ia tersenyum manis pada Kazune.
"Sama-sama."
"Aku juga berterimakasih
Kujyou." Kali ini Michiru yang berseru bersamaan dengan cengiran lebar
yang menghiasi wajahnya.
"Aku juga Kazune." Oh
manisnya.. Pasangan Yuuki dan Miyon mengatakan hal yang sama didetik yang
bersamaan, membuat rona merah menjalar dipipi mereka berdua.
"Terimakasih, Kazune-chan,"
Himeka berkata lembut dengan senyuman manisnya, membuat pemuda bersurai pirang
itu tersenyum tipis.
"Sama-sama," ujar
Kazune membalas seraya menggerakkan tangannya kearah kepala gadis itu, untuk
menepuk kepalanya pelan. Ah adegan persaudaraan yang indah.
"Ah iya, bagaimana kalau
kita merayakan keberhasilan ini dengan pesta kecil-kecilan dirumahku?" tawar
Karin bersama senyum lebarnya. Semua mengangguk setuju, kecuali Kazune.
"Tidak."
Yuuki mengernyitkan dahinya,
"Kenapa?" Tanyanya mewakili yang lain. Semua berfikir, apakah salah
merayakan keberhasilan ini?
Kazune mengacak surai
brunette Karin, sembari tersenyum. "Tentu saja tidak jika dirumah Karin,
apalagi pesta kecil-kecilan. Bukankah Mansion Kujyou itu besar? Kenapa tak
mengadakannya disana saja?"
Jin yang entah datang
darimana langsung berseru riang, "YEAH!"
Dan semua pun mengangguk
setuju, senyuman lebar menghiasi wajah mereka. "IDE BAGUS!"
Sementara itu, pria bermarga
Kujyou ini menatap langit, matanya menerawang keatas seakan pemandangan siang
menjelang sore kala itu sangatlah indah. "Dan langkah terakhir, langkah
ketiga belas. Lakukan semua langkah-langkah tadi dengan kepercayaan diri, tanpa
ada kata ragu sedikitpun," gumamnya pelan bahkan mungkin tak ada orang
lain yang dapat mendengarnya... eh?
"Kazune, ayo
cepat!" Tangannya yang berada di saku celana langsung di sambar oleh
Karin. Kazune menyunggingkan senyum lembut yang hanya dia berikan untuk sang
kekasih tercinta.
"Astaga, kau tidak ingin
aku ketinggalan ya?" Goda Kazune. Karin menggembungkan pipi kesal.
"Lihat, mereka sudah
jauh di depan, kita ketinggalan!" Seru Karin sebal. Kazune terkekeh pelan.
"Ahahaha, ayo
pergi." Kazune langsung menautkan jari-jemari mereka dan berjalan menuju
ke mansion kujyou. Hari belajar bersama mereka membuahkan hasil yang memuaskan.
Dan hari belajar bersama mereka berakhir dengan sebuah pesta perayaan
keberhasilan belajar mereka.
.
.
.
~Owari~