Newest Post
WIZARD OF OZ
Pada suatu hari, hiduplah seorang gadis ramah dan baik hati
bernama Sayu. Ia tinggal di desa kecil bersama temannya, Tianyi.
Tianyi:
(menoleh ke arah Sayu) “Sayu! Tolong petik buah-buahan
di pekarangan rumah kita!”
(membawa beberapa peralatan pertanian)
Sayu: "Paan lu
main nyuruh aja. Capek tau." (nguap)
Tianyi: (melemparkan
pisau dan keranjang) "Somplak amat. Buruan gih entar kagak sempet dijual.
Gak makan lagi hari ini mau lu?"
Sayu: “Oke dah!” (membuka pintu rumah dan mulai
memetik buah-buahan)
Sayu: “Ah, langitnya gelap sekali.” (menatap ke langit yang mulai
gelap)
Tianyi: “Woi Sayu(r)! Sudah selesai belum?!”
Sayu: “Sebentar! Tian(g)yi, lihat deh,
sepertinya akan terjadi badai malam ini.”
Tianyi: “Wah, masa?” (menyibak tirai jendela dari dalam
rumahnya)“Iya,
benar. Ayo bantu aku membereskan semuanya!”
Sayu:
(masuk ke dalam rumah) “Baiklah.”
Tiba-tiba
datang angin puting beliung dan dengan cepat menghantam rumah mereka.
[]
Sayu: (mengedipkan
mata dan melihat ke sekeliling) “Eh,
ini di mana?!”
(melihat keranjang buah dan mengambilnya) "Sampe-sampe nih keranjang
kebawa juga."
Haku: “AH! MAKASIH NONA UDAH BUNUH PENYIHIR JAHAT DARI TIMUR~!”(memeluk Sayu erat-erat)
Sayu:(kaget) "BUSET SIAPA LU?MAIN PELUK-PELUK
AJA!" (Ngelepasin diri)
Haku: (Pokerface) "Aku seorang pemburu
penyihir."
Sayu:“E-Eh?”(melihatseseorangtertimparumahnya)“Orang itu siapa? Kasian amat ketiban rumah gede kek gitu.Ah!
Aku harus ngapain! Dia kan udah mati, ntar aku dituduh ngebunuh oranggimana
dong!” (panik)
Haku: “Santai aja. Dia itu penyihir jahat dari barat!”
Sayu: “O-Oh, gitu ya. Ngomong-ngomong, aku di mana?”
Haku: “Ini di Oz! Masa gak tahu sih?!”
Sayu: “Lah, gak tahu ane. Aku kan bukan orang sini. Omong-omong,
tahu caraku biar bisa ke Kansas lagi gak?”
Haku: “Kansas? Apa itu?”
Sayu: “Itu ... um, rumahku...Masa kagak tau sih?”
Haku: “Emang kagak. Tapi Penyihir Agung Oz kayaknya tahu deh,”
Sayu: “Wah? Kenapa harus dia? Ciee, berarti lu gak tauu~”
Haku: “Soalnya dia bisa ngabulin segala permintaan kita! ... Dan
gua beneran gak tau, woi.”
Sayu: “Maap, maap," (ngakak) "Kalau gitu gimana caranya
aku ketemu dia?”
Haku: “Tinggal ikuti jalan berbatu bata berwarna kuning ini. Tapi
ambillah sepatu penyihir dari utara ini."
Sayu:
(berpikir sejenak) "Tadi lu bilang penyihir jahat dari timur, kenapa
sekarang penyihir dari utara? Yang bener yang mana?"
Haku:"Sebenarnya
penyihir ini berasal dari selatan."
Sayu:
"..."(menggampar wajahnya sendiri)
Haku: "Sudah ambil saja. Ini pasti berguna untuk
perjalananmu.” (memberikan sepatu ke Sayu)
Sayu: (memandangi sepatunya) "Tapi ... Ini 'kan namanya
nyolong—"
Haku: "Orangnya udah mati gini jadi gapapa."
(watados)"Lagian dia juga nyolong dari tukang loak."
Sayu: (facepalm)“Oh,
oke ... Makasih ya.”
(membungkuk, kemudian pergi)
[]
Hari
itu Sayu berjalan dengan senyuman di wajahnya, petualangannya pun dimulai. Di
perjalanannya, ia bertemu seseorang yang tengah bermain sendiri sambil tertawa.
Terkadang ia menghitung jumlah tumbuhan yang tumbuh di sana. Dan pada saat itu
juga orang itu memandang ke arah Sayu.
Rin:
(nyengir) “Hai,
Nona! Kamu lagi ngapain?”
Sayu:
(tersentak) “O-Oh,
halo juga. Umm, gue lagi napas. Masalah?"
Rin:
(pasang muka bingung) "Kenapa kamu lagi napas? Kuker amat."
Sayu:
(menahan diri agar tidak menggampar muka rese di depannya) Sebenarnya saya
sedang dalam perjalanan—"
Rin:
"Perjalanan? Memangnya mau kemana?" (Nyengir sambil mencabuti rumput
yang masih segar)
Sayu:
Saya ingin pergi ke tempat Penyihir Agung Oz.” (nahan esmosi)
Rin: “Agung ... Ojan? Apa tadi?
(Masih menyengir, sesekali berputar-putar mengelilingi Sayu)
Sayu: “Penyihir Agung Oz. Katanya, ia
dapat mengabulkan segala permintaan kita!” (semangat)
Rin: “Begitu ...” (mengangguk-angguk) “Apakah ia bisa memberiku
kepintaran? Aku mau belajar membedakan macan dan harimau.” (Pose berpikir)
Sayu: “Oh, bisa dong. Dan ... Macan
sama harimau itu sama,mbak.”
(sweatdrop)
Rin: "Hmm... Perasaan beda deh."
Sayu:
(menarik tangan Rin) “Sudahlah!Ayo ikut denganku
melewati jalan batubata berwarna kuning ini dan kita akan sampai di tempat
Penyihir Agung Oz.”
Rin: “Yeay, oke!” (Bersorak girang)
Sayu: “Sebelum itu ... Boleh kutahu
siapa namamu?”(Tersenyum
tipis) “Namaku Yurika Sayu.”
Rin: “KagamineRin! Salam kenal ya
Sayu!” (Berjabat tangan dengan penuh
semangat)
Dalam hati, Sayu menyayangkan orang-orang negeri oz yang
kebanyakan rada-rada absurd. Tapi diajuga bersyukur karena beberapa dari mereka
bersikap baik dan ramah.
[]
Sayu
dan Rin pun berjalan bersama menuju tempat Penyihir Agung Oz. Di tengah
perjalanan, mereka melihat seorang perempuan yang tengah bersandar di pohon
seraya memegang sebuah pedang. Tubuhnya terdapat banyak bercak darah dan
iaterengah-engah.
Rin: “Itu orang kenapa ya? Kok
berdarah gitu sih? Emang ada perang? Kayaknya gak ada deh.” (bingung)
Sayu: “E-Entahlah ...” (Bergidik)"Apalagi ia
membawa pedang penuh bercak darah seperti itu. Seharusnya kita tidak boleh
mengganggunya."
Rin: “Oh, oke kalo gitu. Akan
kuhampiri dia—“
(lengannya ditarik oleh Sayu dan mereka bersembunyi di semak-semak agar tidak
ketahuan oleh orang itu)
Sayu:
(menjitak kepala Rin) “Sudah
kubilang jangan mengganggunya! Dengar gak sih?”
Rin: “Hehe maaf. Tapi, kita gak boleh
ngebiarin dia kayak gitu. Kalo dia mati gimana coba? Entar kita dapat dosa
karena tidak bisa mencegahnya.”
(menunjuk ke arah bercak darah yang ada di baju orang itu) "Lagipula kan
kasihan, kayaknya dia kesakitan!"
Sayu: “Iya juga sih. Kalau gitu, aku
akan menghampirinya.”
(berdiri dan berjalan menghampirinya)
Rin: “Hati-hati! Jangan sampai mati
muda!”
Sayu
menoleh dan memandang Rin dengan tatapan
diem-lu-atau-gak-gua-ajakin-lu-ikut-lagi. Rin mengangguk seolah mengerti,
padahal sebenarnya dia sedang merenggangkan otot lehernya yang agak kaku.
Sayu
pun berjalan ke arah orang itu dengan hati-hati.
Sayu: “P-Permisi ...”
Yukari:
(Menatap tajam Sayu) “...
Mau apa lu?”
Sayu:
(tersenyum miris sambil menggigit bibir bawah) “U-Uh, jadi begini ... A-Apa kau
kesakitan?”
Yukari: “Hah?” (Bingung, tapi masih menatap
Sayu tajam)
Sayu:
(Menunjuk ke arah baju Yukari yang penuh dengan darah) “Pakaianmu ... Penuh darah ...
Apa kau terluka?”
Yukari:"Ini
bukan darahku." (Terdiam selama beberapa detik) “... Aku habis membunuh orang.”
Sayu:
(Menjerit tertahan seraya melotot ke arahnya) “Ap—?!”
Rin:
(Keluar dari semak-semak) “Sayu,
ada ap—GILA! SEREM AMAT!” (memucat)
Sayu:
(menyikut lengan Rin) “Jangan keras-keras ngomongnya!
Nanti digigit!”
Yukari:
(memicingkan matanya ke arah mereka berdua) “Jadi kalian mau apa?”
Sayu:
“Ugh … kami mau bertemu Penyihir
Agung Oz.”
Yukari: “Ngapain?”
Sayu: “Katanya dia bisa ngabulin segala permintaan kita! Aku ingin
pulang ke rumahku,”
Rin: “Dan aku ingin jadi anak pintar!”
Yukari: (berpikir sejenak) “Ya
udah, aku ikut deh. Aku juga ingin punya belas kasihan,”
Sayu: “Namamu …?”
Yukari: “Yuzuki Yukari.”
[]
Kemudian Sayu, Rin, dan Yukari pun melanjutkan perjalanan
mereka mengikuti jalan berbatu kuning.
Yukari: (mengacungkan pedang ke semak-semak) “Keluar!”
Rin: “EH YUKARI KENAPA?!”
(kaget)
Yukari: “Ada yang bersembunyi di balik semak-semak itu.” (menunjuk pepohonan) "Keluar, nyet! Gua gak
gigit!"
Rin: “Hantu ya? Ih serem!”
Sayu: “Siapa pun di sana, keluarlah. Kami tidak akan menyakitimu … mungkin?”
Yowa: (keluar dari semak-semak sambil menangis)
Sayu: “Lah... Kenapa kamu menangis?”
Yowa: “A-Aku menangis karena temanmu menyeramkan …”
Yukari: "Lu bilang gua serem?" (melotot) "Badai gini
dibilang serem, dasar katarak."(kibas rambut sementara)
Yowa: "K-Kyaaaa!! Aduh, keluar ... Keluar cairaan!" (tak
kuasa menahan ngompol)
Rin: "Err ... Kayaknya kau berlebihan deh, Yukari ..."
(speechless)
Yukari: “Hmph! Kalau kau tidak mencari gara-gara denganku, aku tak
akan menyakitimu,”
(menurunkan kembali pedangnya)
Yowa: “Andai ada yang bisa mengabulkan permintaanku ... aku hanya ingin
keberanian,”
Rin: “Kalau gitu ayo ikut kami bertemu Agung Sihir Ozo! Kamu pasti
bisa dapet keberanian!”
Sayu: (menepuk pundak Rin) "Penyihir Agung Oz, Rin."
(memandang Yowa) "Ayo kita pergi bersama-sama!"
Yowa: “Baiklah kalau begitu A-Aku Shion Yowa.”
Mereka semua pergi ke istana Penyihir Agung Oz bersama-sama.
Akhirnya, mereka pun tiba di kota Emerald, sebuah tempat yang paling indah yang
pernah mereka lihat. Mereka berjalan ke istana yang ada di sana. Setelah
meminta kepada penjaga untuk menemui Penyihir Agung Oz, mereka pun sampai di
sebuah ruangan sangat luas. Di sana, duduk seorang perempuan yang cantik.
Defoko:"Selamat datang di kerajaan ini," (mengayunkan
tongkat sihirnya) "Aku Oz. Penyihir di dunia ini. Apa yang membawa kalian
datang ke sini?”
Sayu: “Aku ingin pulang ke Kansas.”
Rin: “Aku ingin menjadi pintar.”
Yukari: “Aku ingin rasa belas kasihan.”
Yowa: “Aku ingin keberanian.”
Defoko: “Maaf, namun aku tidak bisa membantu kalian. Kecuali jika
kalian membawakanku gagang sapu milik Penyihir Jahat dari Barat.”
Sayu: (Memicingkan mata) "Wah bilang aja kalo lu
kagaj bisa. Jadi selama ini lu ngibulin orang-orang doang. Ckckck,"
(menggelang-gelengkan kepala)
Defoko: "Asem! Lu katabuaya darat!" (Gebrak
meja)
Yukari: “Woles napa," (ngancungin pedang) "Jadi...
Bagaimana kami bisa menemukan Penyihir Jahat itu?”
Defoko: “Sebelumnya aku peringatkan kalian karena semua orang yang
pergi menemui Penyihir Jahat tidak pernah kembali lagi.”
Yowa: “Hah? Apa yang terjadi dengan mereka?” (hampir menangis)
Defoko: "Entahlah, mungkin mereka dikutuk jadi
batu—"
Yowa: "Hueee aku takut kena kutukan malin
kundang—"
Defoko: "Atau mungkin dibunuh—"
Yowa: (pingsan)
Yukari: "Bagaimana cara kami agar bisa sampai ke
sana?"
Defoko: “Kalian ikuti saja jalan ke Barat. Kalau beruntung kalian
akan menemukan kastil Penyihir Jahat.”
Yukari: “Ugh. Kalau beruntung ...”
Sayu: “Terima kasih.”
Setelah Yowa sadar, mereka pun meninggalkan istana dan
berlari ke arah Barat secepat yang mereka bisa. Keempatnya merasa sangat lelah
dan memutuskan untuk beristirahat.
Penyihir Jahat dari Barat, yang hanya memiliki satu mata,
namun memiliki kemampuan seperti teleskop, bisa melihat ke mana saja dengan
ruang lingkup yang sangat luas. Ia melihat keempatnya dan menyadari sepatu
merah Sayu. Lalu ia memanggil budaknya, monyet-monyet bermuka nyebelin yang
bersayap.
Gakuko: “Cepatlah kemari, monyet. Tangkap gadis berkerudung merah itu
dan bawa ia ke sini. Aku menginginkan sepatu ajaibnya.”
Padahal
kenyataannya tidak ada gadis berkerudung merah.
[]
Monyet-monyet bersayap itu terbang ke langit. Langit pun
menjadi gelap ketika mereka terbang ke arah Sayu dan teman-temannya. Yukari
adalah orang pertama yang melihat mereka.
Yukari: “Monyet-monyet bersayap!! Cepat, lari dan sembunyi!!”
Tapi itu terlambat! Tiba-tiba monyet-monyet itu berada di
atas mereka. Keempatnya mencoba melawan, namun gagal! Monyet-monyet itu terlalu
banyak. Namun para monyet itu kebingungan, karena di sana tidak ada yang
memakai kerudung merah. Yang ada gadis yang membawa keranjang, membawa pedang, yang
selalu nyengir, dan yang dari tadi menangis mulu.Karena bingung, akhirnya
monyet-monyetitu menangkap Sayudan membawanya kembali ke kastil.
Gakuko: “Berikan sepatu itu padaku!”
Sayu: “Enak saja! Ini punyaku! Makanya modal dong!"
Gakuko: "...Dasar kau ..."
Budak Penyihir Jahat pun mencoba melepas sepatu Sayu. Namun
sepatu itu sepatu ajaib yang berarti tidak bisa dilepas begitu saja kecuali
jika Sayu yang meminta sepatu itu lepas.
Gakuko: “Kalau kau tidak mau memberikan sepatumu, aku akan
membunuhmu!”
Sayu: (memeluk lututnya erat-erat) "Gak bakal, dasar
sinting!"
Gakuko: (marah) "APA KAU BILANG?!" (melipat tangannya) “Huh, baiklah. Aku akan kembali satu jam lagi. Kalau kamu
tidak memberikan sepatunya, aku akan membunuhmu. Kali ini beneran. Gak ada
nawar lagi.”
Satu jam berlalu dan Penyihir Jahat kembali. Ia tak
menyadari bahwa Yukari, Yowa, dan Rin sedang memanjat dinding. Sekali lagi
Penyihir itu meminta sepatu Sayu, namun Sayu tetap menolak. Tepat saat itu Yowa
memecahkan kaca dan Yukari mengacungkan pedangnya.
Rin: “MANA PENYIHIR JAHATNYA!” (mengacungkan ranting)
Yukari: “Itu, bodoh!”
(menunjuk Penyihir Jahat)
Rin: “Masa? Gak keliatan kayak penyihir jahat tuh. Malah dia kayak
orang biasa-biasa saja.”
Sayu: “Aduh, Rin. Ini bukan waktunya jadi oranglemot...”
Gakuko: “Heh, bocah. Gak usah sok jadi pahlawan dan ini bukan taman
kanak-kanak. Pergi kalian kalau masih ingin hidup!”
Yukari: “Dih, enak saja. Gak tahu ya aku udah pro dalam hal
bertarung!”
Rin: "Dan juga, gua bukan bocah, nenek pesek!" (teriak
kencang)
Gakuko: “Halah modal pedang doang. Gak ada apa-apanya sama sihir yang
kupunya. ... DAN SIAPA YANG KAUPANGGIL NENEK PESEK?!”
Rin: "Siapa nanya." (menjulurkan lidahnya) “Eh jadi ini debat ya bukan serang-serangan kayak perang gitu
... Tak kusangka nenek mancung ke dalam ini begitu lemah~”
Gakuko: “Monyet! Tangkap mereka!” (menyerukan titahnya dengan penuh amarah)
Empat monyet bersayap meloncat ke arah Yowa.
Yowa: “Sebenernya aku dari tadi nahan buang air kecil tapi demi
Sayu aku rela!” (mengalahkan mereka dengan ranting
pohon berujung runcing)
Gakuko: (mengambil obor dan mendekatkannya ke rambut Yowa)
"MATI KAU, BOCAH TENGIK!"
Sayu: (mengambil ember air terdekat dan melemparnya ke Penyihir
Jahat)
Gakuko: “BUSET. JANGAN AIR ITU BODOH.” (memudar dan hilang)
Ternyata cairan tersebut merupakan ramuan berbahaya yang
Penyihir Jahat buat. Semua makhluk yang ada di dalam kastil itu senang karena
akhirnya mereka terbebas dari kutukan Penyihir Jahat. Sayu mengambil sapu milik
Penyihir Jahat di lantai. Keempatnya mengucapkan selamat tinggal kepada makhluk
di kastil dan kembali ke istana Penyihir Agung Oz.
Di perjalanan
menuju istana, Sayu teringat sesuatu.
Sayu:
"Apa diantara kalian ada yang ingat jalan untuk kembali ke istana?"
Yowa:
"Eh? (Menggaruk kepalanya) A-aku tidak ingat... maaf..."
Yukari:
"Harusnya kita menebar sesuatu di sepanjang jalan, agar kita tidak
tersesat seperti ini. Mungkin darah?"
Yowa:
(Menjerit takut) "J-jangan darah!"
Sayu:
"Apa kalian tidak merasa aneh? Untuk apa penyihir Oz menyuruh kita mengambil
gagang sapu Penyihir Jahat? tidak berharga sama sekali."
Rin:
"Mungkin penyihir Oz menyuruh kita memenuhi permintaan kita sendiri."
Kini atensi
terarah kepada Rin.
Rin:
"Maksudku begini ... Yowa, kau ingin berani, kan?"
Yowa:
(mengangguk) "Tentu saja..."
Rin:
"Nah, di saat melawan Penyihir Jahat, kau tidak gentar sama sekali. Kau
tetap berusaha untuk menyelamatkan Sayu. Kau pemberani, Yowa ..."
Yowa:
(terpukau)
Rin:
"Dan Yukari ... kalau kau tidak punya belas kasihan, maka kau tidak akan menyelamatkan
Sayu dari bahaya. Meski kau seorang pembunuh, tapi kau masih punya sisi baik,
Yukari ..."
Yukari:
"Dan kau Rin, kau mendadak jadi pintar. Rasanya tadi kepalamu tidak
terbentur apa pun."
Rin:
"Menurutku, sebenarnya aku pintar, hanya saja hilang bagai butiran
debu."
Sayu:
"Kau bisa-bisanya bergurai disaat seperti ini..." (Spechless)
Semua kembali
memperhatikan Sayu.
Yowa:
"Apa hanya Sayu yang keinginannya tidak terpenuhi?" (Menunduk sedih)
Yukari:
"Kalau si Penyihir Jahat ingin mengambil sepatu itu, pasti sepatu itu
memiliki kekuatan sihir."
Rin:
"Mungkin saja itu adalah kunci agar Sayu kembali ke dunianya! Coba saja,
seperti diketukkan ke tanah, dijilat, atau diapalah!"
Sayu:
(Memandangi tanah sejenak) "Mungkin... Aku akan coba mengetuk-ngetuk sepatu
ini ke tanah. Siapa tahu berhasil."
Yowa:
"Kuharap itu berhasil, Sayu."
Sayu pun
mencoba mengetukkan sepatunya ke tanah. Kemudian cahaya keemasan berpedar
mengelilingi Sayu. Lama kelamaan bayangan Sayu mulai memudar seiring dengan
waktu yang terus berjalan.
...
Sayu mengedipkan matanya saat mendengar suara Tianyi yang
terus-terusan memanggilnya. Saat matanya terbuka, dapat terlihat wajah Tianyi
yang menatapnya dengan tatapan yang err, berseri-seri?
Sayu: "Loh, aku sudah di rumah?"(menguap)
"Tianyi..." (terharu)
Tianyi: "SAYUUU! Hari ini kita dapat banyakdanabantuan
dari pemerintah, dan kita bisa makan yey!"
Sayu: (sweatdrop) "... Kamu gak khawatir sama aku?
Tianyi: (pasang muka bego) "Hah? Ngapain juga harus
khawatir?"
Sayu: "Buset dah, gua ngilang kemaren dan baru balik
hari ini tapi lu sama sekali kagak khawatir? Temen macem apa lu?"
Tianyi: "Jangan ngelantur, nyet! Lu ada di sini
daritadi, sejak ada badai gede gitu dan kerjalu cuma tidur."
Sayu: "Hah? Serius?"
Tianyi: "Duarius. Udah buruan mandi, terus kita metik
buah lagi di kebon." (Pergi keluar kamar)
Sayu terdiam di tempatnya untuk beberapa saat. Aah! Mana
mungkin petualangan hebatnya adalah mimpi, itu terlalu nyata untuk disebut
sebagai mimpi. Biarlah hanya dia yang mengetahuinya. Dan ia pun bertekad tak
akan pernah melupakan petualangannya di Dunia Oz.
tamat
Tag :// Slevineptune
Naskah
Drama Asrama Cherryslovia : Ryu no Uta
SCENE 1
.
.
.
Di sebuah
taman terlihat seorang utaite yang sedang duduk di sebuah bangku yang dekat
dengan danau. Samar-samar terdengar senandung alunan lagu dari mulutnya.
Utaite :
「
Yurusudakedemo, taemeku dake demo
Tada, kitto.
Sou, kitto dare mo kawarenai
koto.
Kizutsukenai
yowasa ga ikirarenai hodo
Ookiku
soudattano.
Oboeteimasuka,
hajimete aetta koto mo,
Kimi no uso
mo, amae mo, yowasa mo,
Nagashiteyuku
youna
Kono asa
yake de ano hi no you ni
Kimi wa
mata suteki ni kawatteyuku 」
Senandung
alunan lagu yang keluar dari mulutnya merambat di udara. Pelan, begitu merdu,
lembut, dan juga sedih. Tidak jauh dari tempatnya duduk, terlihat seseorang
sedang memperhatikannya.
Utaite :
「 Ai wo
utatta daichi wo ketta
Ima,
saiteidatte koroshita saigo mo
Fukanzen
datte futashikani natte
Hora
kettobashite, naiya.
Saigetsu ga
megutte koe wo tadotte
Mata umare
kawarettara
Massaki ni
kimi ni ai ni ikou.
Aishiteimashita.
Saigo made,
kono hi made.
Soredemo
owari ni suru no wa watashi nano
desuka,
Kimi no
shiawase na mirai wo, tada
negatteru.
Kimi no iru
sekai de waratta koto,
Kimi no
miru mirai wo uranda koto,
Kimi no
koe, nukumori, taido ai no subete ni
sayonara. 」
Produser :
*tepuk tangan* Wow, membagikan kesedihanmu pada sebuah taman sepi, eh? Well,
maaf kalau aku mengganggu--
Utaite :
H-hei! Sejak kapan ka---
Produser :
Kau mendengarkan? Kalau mau tau, sudah sejak bait pertama sebenarnya.
Utaite :
*memandang horror* *mendadak malu*
Produser :
Ekhem, jadi, apa kau sudah punya agensi?
Utaite :
... Maksudmu?
Produser :
Jangan bercanda, dengan suara sebagus itu mana mungkin kau belum direkrut kan?
Dengan
wajah bingung tidak mengerti, sang utaite memandang diam produser tersebut.
Terjadi keheningan di antara mereka. Hingga akhirnya sang utaite membuka suara—
mengaku bahwa dirinya tidak memiliki agensi sama sekali.
Produser :
YANG BENAR SAJA--- T-tunggu sebentar, bagaimana kalau kau ikut denganku?
Utaite :
Hah? Tidak! Aku tidak tertarik untuk mengikuti agensi apapun. *bangun* K-kalau begitu,
permisi.
Produser :
H-h-hei tunggu! *memegang bahu utaite* Yakin kau tak tertarik? Setidaknya
beritahu aku apapun yang kau inginkan. Tenar? Kaya? Kami pasti akan membantumu!
Utaite :
... Aku tak memerlukannya. Sungguh. Biarkan aku pergi *mau kabur, mulai takut*
Produser :
K-kalau begitu! Sebutkan apa yang kau inginkan!
Utaite :
Yang kuinginkan? Apapun?
Produser :
Ya! Kami akan berusaha membantumu!
Utaite :
Aku... Aku ingin menemui seseorang. *menunduk, baper*
Produser :
Hanya itu saja?
Utaite :
*menjawab dengan tegas* Ya.
Produser :
Well, dengan terkenal, tentunya kau akan bisa menemukan siapapun. Bahkan
merekalah yang akan mencarimu dengan sendirinya, jadi? Mau bergabung denganku?
Utaite :
*diem bentar* *ragu* ... Sungguh?
Produser :
*percaya diri* Tentu!
Utaite :
... Em... Baiklah kalau begitu
SCENE 2
.
.
.
Setelah
kejadian di taman saat itu, di sinilah utaite berada sekarang. Di sebuah gedung
bernama Athena ENT.
Walaupun
lelah, utaite tidak pantang menyerah. Berbulan-bulan sudah utaite menjalani
masa-masa trainingnya, dan sebentar lagi dia telab siap untuk memulai debut dan
membuat rekaman.
.
.
Hari ini
merupakan jadwal utaite untuk rekaman. Dengan penuh semangat utaite mulai
bernyanyi untuk rekamannya. Setelah melakukan rekaman, sang produser datang
menghampirinya.
Utaite :
Akhirnya, aku akan debut!
Produser :
Bagaimana perasaan mu?
Utaite :
Sejak kapan kau d-
Produser :
baru saja
Utaite :
hei, memotong ucapan seseorang itu tidak sopan tau
Produser :
maaf maaf. Jadi, bagaimana perasaan mu?
Utaite :
*tersenyum sekilas, lalu menatap ke kaca* Rasanya seperti mau mati.
Produser :
*nyaris batuk* *tapi akhirnya ketawa* BHUK--- HAHAHAHAHA. Well, pertamanya
memang begitu sih. jadi kau serius merasa seperti itu?
Utaite :
tidak, aku hanya bercanda.. kau tau, ini seperti mimpi..
Produser :
(memukul pelan kepala utaite) ini bukan mimpi baka
Utaite :
sakit tau..
Tanpa
memperdulikan ucapan utaite, produser pergi menuju coffee machine di pojok
ruangan. Dan mulai meracik secangkir kopi. Sementara itu utaite terlihat sedang
memikirkan sesuatu
Utaite :
Tapi, meski seseram itu. Kalau aku bisa bertemu dengannya ... *makin senyum*
Produser :
Oh ya ya, cepatlah bertemu dengan Pangeran Musikmu itu. Jangan lupa ajak dia
ikut agensi kita, aku masih perlu banyak orang berguna disini! Hahahaha!
Utaite :
ne, kau masih ingat janji mu kan?
Produser :
janji?
Utaite :
janji mu waktu itu! Masa kau lupa?!
Produser :
membantu mu untuk menemukan pangeran musikmu itu?
Utaite :
hei, dia teman berharga ku tau
Produser :
ya ya.. aku akan meminta seseorang untuk membantu mu menemukannya
Utaite :
baiklah *senyum*
Produser :
tetapi untuk saat ini fokus lah pada debut mu.. besok kau akan memulai debut
asal k au tau.. jangan sampai mengecewakan ku utaite..
Setelah
mengatakan itu, produser pergi dengan segelas flat white di tangannya
meninggalkan utaite sendirian.
Utaite :
aku tidak akan mengecewakan mu. Terimakasih *senyum*
.
.
Hari yang
dinanti pun tiba. Hari ini utaite akan memulai debutnya. Dengan semangat utaite
bernyanyi.
Debut
utaite ternyata sangat sukses. Utaite mulai mendapat tawaran manggung
dimana-mana, seperti jamur di musim hujan.
Utaite :
'semoga kau bisa melihat ku di luar sana Kai’
SCENE 3
.
.
.
Produser :
*kelabakan* Er, bagaimana ya... Kau tahu... Bukan hal yang mudah untuk
menemukan orang di tempat seluas ini. *diem bentar* Hei, kita bahkan tak tau
dia sedang dimana saat ini.
Utaite :
Tapi--
Produser :
K-kau pasti akan menemukannya, ya, jika dia mendengarkan lagumu. Dia pasti akan
menemukanmu segera.
Utaite :
...
Produser :
Jadi kumohon, tetaplah menyanyi.
Utaite :
... Baiklah, mungkin hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
Di suatu
waktu yang jarang, Utaite akan kembali menanyakan perkembangan pencariannya.
Utaite :
Produser-san! Apa kau sudah menemukannya?!
Produser :
Maaf, Lily. T-tapi akan kuusahakan.
Lagi.
Utaite :
Kali ini, apa kau sudah menemukannya?
Produser :
Maafkan aku.
Utaite :
Ah... T-tak masalah.
Lagi.
Utaite :
Aku ... Aku ingin menemuinya ....
Produser :
Aku tahu.
Lagi.
Utaite :
Apa kau sudah menemukannya?
Produser :
Aku sudah berusaha. Kau tahu?
Utaite : Ah
... Kau benar.
Terus
begitu. Dan utaite sudah tak tahu ini adalah kali keberapa dia menanyakan hal
yang sama pada Produsernya.
Sampai
akhirnya, dia sudah terlalu lelah untuk bertanya. Ataupun berharap untuk dapat
menemukan temannya itu.
Utaite :
*menghela napas*
Teman A :
Oh, hei, Lily! Apa yang sedang kau lakukan?
Utaite :
Oh, hai .... Aku, aku hanya sedang berpikir. Bukan hal yang penting sih.
Teman A :
Oh ya? *tersenyum miring* Lalu, benda apa yang kau genggam erat itu? Surat
penggemar lagi? Woah!
Utaite :
B-bukan! Tidak seperti itu ....
Teman A :
Eh? Lalu? Tunggu sebentar--- *meneliti raut muka Utaite* SURAT CINTA YA---
utaite :
B-- BUKAAAN
Teman A :
HEI, LIHAT! LILY DAPET SURAT LAGI.
Ring belari
lari sambil sebarin berita ngawur.
Sementara
itu, Utaite hanya menghela napas.
Utaite :
Bukan seperti itu ....
Dia hanya
sudah lelah
Utaite :
kembalikan suratku Ring!
Teman A :
baiklah. jangan beteriak dong Lily..
.
.
.
esok hari
telah tiba. hari ini adalah hari dimana Utaite akan menyerahkan surat
pengunduran dirinya.
Utaite :
hah.. berat rasanya meninggalkan tempat ini, tapi untuk apa aku disini
sementara tujuanku tidak tercapai (dalam hati)
Utaite
mulai membuka pintu ruangan sang produser. tapi ada hal yang membuatnya
terkejut.
all :
SELAMAT ULANG TAHUN LILY!
Utaite yg
mendapat kejutan dadakan itu hanya mematung. Ring yg tidak sabaran segera
menarik utaite masuk. Kemudian bersama dengan Makoto dan Rinto, Ring menyanyikan lagu Blessing,
sementara sang produser hanya bertepuk tangan sambil menyesuaikan irama musik.
Teman A :
Sekarang ucapkan permintaan mu dan tiup lilinya
Teman C :
iya, ayo tiup lilinnya
Utaite : 'Semoga
aku segera bertemu dengannya'
Bersama
dengan padamnya lilin, dengab asap asap kecil berhembus, doanya pun terbang.
Dia hanya
ingin menemukan temannya. Itu saja.
Surat
pengunduran dirinya itu masih di tangannya, dan dia hanya menggenggamnya erat.
Tak tahu apa yang harus dilakukan
Teman B :
Hei, Ring Benar kalau dia dapat surat
lagi eh?
Teman A :
Benar! Aku sendiri yang melihatnya! Dengan mata kepalaku sendiri ... *senyum sesat*
Teman C :
Cieee. Kok ga kasitau. Jadian ya?
Utaite :
bukan surat cinta kok.
teman C :
lalu itu surat apa ?
Utaite
hanya bisa diam
produser :
sudah sudah. lupakan soal surat. bagaimana kalau kita bernyanyi?
teman B :
lagu apa Produser-san?
produser :
Connecting bagaimna?
teman B :
OK!
tiba tiba
saja utaite teringat akan sesuatu. saat mereka semua mulai bernyanyi, sang
utaite terasa deja vu ketika mendengar produser bernyanyi
Di antara
paduan suara yang mereka ciptakan, dia bisa mendengar suara yang begitu
dikenalinya Dia hanya begitu merindukan nyanyian itu. Entahlah.
utaite :
'Tidak, tidak mungkin Kai sedang ada di sini. Saat ini'
Tanpa sadar
utaite menyebut nama panggilan dia untuk teman kecilnya
Utaite :
Kai...
Dan sang
produser menoleh.
Menatap
utaite dengan pandangan heran
Produser :
Er... Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya? Atau aku memang pernah
memberitahumu tentang nama kecilku?
Utaite :
a-apa maksudmu?
Produser :
Maksudku, hei, kau baru saja menyebutkan namaku. Darimana kau mengetahuinya?
Utaite :
Maaf, tapi aku tak sedang memanggilmu. Aku hanya---
Produser :
Hah? Mustahil! Hanya ibuku dan 'seseorang' yang memanggilku begitu.
Utaite
: ... Seseorang?
Produser :
Yah... Begitulah. Hanya saja...
Utaite :
Apa?
Produser :
Hanya saja, sudah lama aku tidak bertemu dengannya
Utaite :
apa yg terjadi padanya?
Produser :
tidak ada yg terjadi padanya. Tetapi, aku pergi meninggalkannya tanpa pamit
*menunduk*
Produser :
ngomong ngomong apa kau masih ingat nama
orang yg kau cari itu?
Utaite :
Namanya Shion Kaito
Produser :
... Hah? Siapa kau bilang?
Utaite :
Shion Kaito
Produser :
... Bohong---
Utaite :
a-ada apa?
Produser :
*diem bentar, terkejut* Aku tak salah dengar, kau memang sedang memanggilku.
*senyum*
Utaite :
... Maksudmu?
Produser :
Hei, Ily-chan, Apa kau merindukanku? *senyum penuh arti*
Utaite :
k-kau *kaget*
Produser :
Ya, siapa lagi? *diem bentar*
Aku
sekarang merasa agak bodoh karena mencari diriku sendiri, kau tau?
Utaite :
K-kau Kai? Tapi bukankah marga mu Hasegawa?
Produser :
Ya, marga ku memang berubah karena suatu hal *senyum miris*
Produser
merentangkan tangannya lebar, seperti suatu sinyal minta dipeluk. Utaite yayng
mengerti dengan apa yang diisyaratkan sang produser pun datang dan memeluk
produser dengan hati yang gembira.
Produser :
jadi sebenarnya kau kangen tidak sih padaku?
Utaite :
Tentu saja. Akhirnya aku bisa bertemu dengan mu *senyum*
Produser :
Hoho, ya. Tapi kau seharusnya bisa menemukanku lebih awal sih. Bisa bisanya kau
melupakan teman gantengmu ini--- *senyum jahil, ntarnya berubah jadi senyum normal*
*dalam
hati* Aku juga senang bertenu dengan mu lagi.
Produser :
Dan... Hei... Mau sampai kapan kau memelukku?
Utaite :
HAH? OH MA-MAAF AKU TERLALH TERBAWA SUASANA— dan apa-apaan wajah konyolmu itu
hah?! *mukul lengan produser*
Hari itu,
pada hari ulang tahunnya. Harapannya terkabul dan suara tawa yang riang
terdengar memenuhi ruangan tersebut.
'
THE END
Tag :// Cherryslovia